MenurutNational Education Association atau NEA (1969), media pembelajaran adalah media komunikasi. Yang dapat berupa perangkat keras, audio visual, atau teknologi cetak. Perlu diperhatikan bahwa dalam metode pembelajaran, kedudukan media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses komunikasi cukup penting. Bapak/Ibu guru mungkin bertanya-tanya apa yang dimaksud dengan Alur Tujuan Pembelajaran ATP dalam Kurikulum Merdeka? Alur Tujuan Pembelajaran adalah serangkaian tujuan pembelajaran yang tersusun secara sistematis dan logis dalam suatu fase pembelajaran. Dengan adanya Alur Tujuan Pembelajaran ini, dapat memudahkan siswa dan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Lantas, bagaimana cara menyusun ATP Kurikulum Merdeka ini? Apa saja prinsip-prinsip yang harus diperhatikan? Apa perbedaan alur tujuan pembelajaran dengan tujuan pembelajaran? Berikut ulasan selengkapnya. Pengertian Alur Tujuan Pembelajaran Kurikulum Merdeka Mengutip dari Ruang Kolaborasi Kemendikbud, Alur Tujuan Pembelajaran adalah angkaian tujuan pembelajaran yang tersusun secara sistematis dan logis di dalam fase secara utuh dan menurut urutan pembelajaran sejak awal hingga akhir suatu fase. Susunan dalam ATP Kurikulum Merdeka ini dibuat secara linear sesuai dengan urutan kegiatan pembelajaran yang dilakukan dari hari ke hari untuk mengukur Capaian Pembelajaran. Alur Tujuan Pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka ini sebenarnya memiliki fungsi yang sama dengan silabus, yaitu untuk perencanaan dan pengaturan pembelajaran dan asesmen secara garis besar untuk jangka waktu satu tahun. Selain itu, Alur Tujuan Pembelajaran juga bertujuan untuk membantu siswa dalam mencapai Capaian Pembelajaran secara bertahap. Perlu diketahui bahwa guru memiliki kebebasan dalam menyusun ATP Kurikulum Merdeka sendiri sehingga alur yang dihasilkan antara satu guru dengan guru yang lain tentu berbeda, meskipun keduanya sama-sama mengajar di fase yang sama. Prinsip Penyusunan Alur Tujuan Pembelajaran Dalam menyusun Alur Tujuan Pembelajaran, guru dapat merancang sendiri berdasarkan Capaian Pembelajaran CP, mengembangkan dan memodifikasi contoh yang disediakan, atau menggunakan contoh yang disediakan pemerintah. Jika guru memilih merancang sendiri Alur Tujuan Pembelajaran ini, maka ada tujuh prinsip yang harus diperhatikan, yaitu 1. Sederhana dan Informatif Alur Tujuan Pembelajaran yang disusun harus dapat dipahami oleh guru sebagai pihak yang merancang ATP maupun pembaca. Oleh karena itu, agar ATP Kurikulum Merdeka lebih mudah dipahami, Bapak/Ibu guru dapat menggunakan istilah atau terminologi yang umum digunakan, serta tidak mengandung makna yang ambigu. Jika menggunakan istilah khusus, Bapak/Ibu guru dapat mencantumkan penjelasannya dalam bentuk glosarium. 2. Esensial dan Kontekstual Alur Tujuan Pembelajaran juga harus memuat aspek pembelajaran yang paling mendasar atau penting, yakni kompetensi, konten, dan hasil pembelajaran. Ketersediaan pengalaman belajar yang sejalan dengan lingkungan sekitar atau kehidupan di dunia nyata juga perlu dipertimbangkan. Dengan begitu, siswa lebih mudah dalam mengimplementasikan pembelajaran yang diperolehnya. 3. Berkesinambungan Berkesinambungan artinya, adanya keterkaitan antarfase dan antar tujuan dan merupakan pencapaian yang disusun secara berurutan, sistematis, dan berjenjang agar dapat memperoleh Capaian Pembelajaran yang telah ditetapkan pada setiap mata pelajaran. Selain itu, ATP juga harus disusun secara kronologis berdasarkan urutan pembelajaran dari waktu ke waktu. 4. Pengoptimalan tiga aspek kompetensi Ada tiga aspek kompetensi yang harus dioptimalkan pada siswa, yaitu pengetahuan, keterampilan dan sikap. Pengoptimalan ketiga aspek kompetensi ini harus selaras dengan tahapan kognitif siswa yang terdiri dari kemampuan mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta, serta dimensi pengetahuan faktual – konseptual – prosedural – metakognitif. Tak hanya aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa saja, pengoptimalan juga perlu dilakukan pada penumbuhan kecakapan hidup, seperti kemampuan berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif, serta dimensi Profil Pelajar Pancasila yang terdiri enam dimensi, yakni beriman, mandiri, bergotong-royong, bernalar kritis, dan kreatif. 5. Merdeka Belajar Merdeka belajar adalah prinsip utama yang harus dipahami guru dalam penyusunan ATP Kurikulum Merdeka. Merdeka belajar sendiri berarti Memerdekakan siswa dalam berpikir dan bertindak pada ranah akademis dan bertanggung jawab secara moral. Memfasilitasi dan menginspirasi kreativitas siswa dengan mempertimbangakn keunikan yang dimiliki setiap siswa, mulai dari kecepatan belajar, gaya, dan minat siswa. Mengoptimalkan peran dan kompetensi guru dalam merumuskan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. 6. Operasional dan Aplikatif Perumusan ATP harus dapat memvisualisasikan dan mendeskripsikan proses pembelajaran serta penilaian secara utuh. Dengan begitu, ATP dapat menjadi landasan operasional yang aplikatif dalam merancang modul ajar. 7. Adaptif dan Fleksibel Alur Tujuan Pembelajaran yang disusun juga harus adaptif dan fleksibel. Ini artinya, ATP dapat diterapkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, siswa, dan satuan pendidikan dengan mempertimbangkan alokasi waktu dan keterkaitan antarmata pelajaran, serta ruang lingkup pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka, yaitu pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstra kurikuler. Sebagai tambahan, guru juga perlu memperhatikan beberapa prinsip berikut ini Tujuan pembelajaran adalah tujuan yang lebih umum bukan tujuan pembelajaran harian goals, bukan objectives. Alur tujuan pembelajaran harus tuntas satu fase, tidak terpotong di tengah jalan. Alur tujuan pembelajaran perlu dikembangkan secara kolaboratif, apabila guru mengembangkan, maka perlu kolaborasi guru lintas kelas/tingkatan dalam satu fase. Contoh kolaborasi antara guru kelas I dan II untuk Fase. Alur tujuan pembelajaran dikembangkan sesuai karakteristik dan kompetensi yang dikembangkan setiap mata pelajaran. Oleh karena itu sebaiknya dikembangkan oleh pakar mata pelajaran, termasuk guru yang mahir dalam mata pelajaran tersebut. Penyusunan alur tujuan pembelajaran tidak perlu lintas fase kecuali pendidikan khusus. Metode penyusunan alur tujuan pembelajaran harus logis, dari kemampuan yang sederhana ke yang lebih rumit, dapat dipengaruhi oleh karakteristik mata pelajaran, pendekatan pembelajaran yang digunakan misal matematik realistik. Tampilan tujuan pembelajaran diawali dengan alur tujuan pembelajarannya terlebih dahulu, baru proses berpikirnya misalnya, menguraikan dari elemen menjadi tujuan pembelajaran sebagai lampiran agar lebih sederhana dan langsung ke intinya untuk guru. Karena alur tujuan pembelajaran yang disediakan Kemendikbudristek merupakan contoh, maka alur tujuan pembelajaran dapat bernomor/huruf untuk menunjukkan urutan dan tuntas penyelesaiannya dalam satu fase. Alur tujuan pembelajaran menjelaskan SATU alur tujuan pembelajaran, tidak bercabang tidak meminta guru untuk memilih. Apabila sebenarnya urutannya dapat berbeda, lebih baik membuat alur tujuan pembelajaran lain sebagai variasinya, urutan/alur perlu jelas sesuai pilihan/keputusan penyusun, dan untuk itu dapat diberikan nomor atau kode. Alur tujuan pembelajaran fokus pada pencapaian CP, bukan profil pelajar Pancasila dan tidak perlu dilengkapi dengan pendekatan/strategi pembelajaran pedagogi. Hal-hal Penting yang Harus Diperhatikan Saat Menyusun ATP Selain sepuluh prinsip tersebut, guru juga perlu memperhatikan beberapa hal penting ini saat menyusun ATP Kurikulum Merdeka, antara lain Kemampuan prasyarat yang perlu dipelajari siswa untuk menguasai kompetensi pada Capaian Pembelajaran. Cakupan dan keluasan Tujuan Pembelajaran TP. Tujuan Pembelajaran ini sebaiknya dibuat sespesifik mungkin. Jika terlalu umum, guru dapat memecahnya menjadi ke dalam beberapa TP. Keterkaitan antar TP. Guru harus memperhatikan apakah materi pada sebuah TP sudah cukup didukung oleh materi pada TP yang lain. Selain itu, guru yang menyusun ATP Kurikulum Merdeka sendiri juga harus memperhatikan, tujuan-tujuan pembelajaran yang telah dikembangkan dalam tahap sebelumnya akan disusun sebagai satu alur sequence yang berurutan secara sistematis, dan logis dari awal hingga akhir fase. ATP juga perlu disusun secara linier, satu arah, dan tidak bercabang, sebagaimana urutan kegiatan pembelajaran yang dilakukan dari hari ke hari. Cara Menyusun Alur Tujuan Pembelajaran Berikut adalah cara menyusun Alur Tujuan Pembelajaran yang diturunkan dari Capaian Pembelajaran. Pahami rasional, karakteristik mata pelajaran, dan tujuan mata pelajaran terlebih dahulu yang terdapat pada Capaian Pembelajaran. Setelah itu, guru dapat menguraikan Capaian Pembelajaran berdasarkan konten atau materi esensial dan kompetensi setiap elemen mata pelajaran. Lakukan analisis kompetensi setiap elemen yang terdapat pada setiap mata pelajaran dalam satu fase tersebut. Misalnya, salah satu elemen dalam pelajaran PPKn fase D adalah Pancasila, kompetensi yang diharapkan dari elemen tersebut berkaitan dengan pemahaman filosofi terkait Pancasila. Langkah selanjutnya adalah membagi kompetensi-kompetensi pada Capaian Pembelajaran ke dalam jenjang kelas satu fase dan alokasi waktunya untuk membentuk sebuah ATP. Perhatikan total alokasi waktu dalam satu tahun dan elemen-elemen pada mata pelajaran saat menentukan alokasi waktu. Selanjutnya, merumuskan TP untuk mencapai kompetensi akhir. Menentukan ruang lingkup materi dan rencana asesmen. Menentukan metode pengajaran yang akan digunakan. Misalnya, pada pelajaran PPKn, metode pengajaran yang digunakan adalah pengamatan, diskusi, dan penampilan drama. Perlu diketahui, dalam menyusun Alur Tujuan Pembelajaran PAUD, disesuaikan dengan laju perkembangan anak dan dikembangkan oleh masing-masing satuan agar dapat mencapai Capaian Pembelajaran. Contoh ATP Kurikulum Merdeka Agar Bapak/Ibu guru semakin paham mengenai ATP dalam Kurikulum Merdeka ini, yuk perhatikan contoh ATP berikut ini. Contoh ATP SD Image resource Contoh ATP SMP Image resource Contoh ATP SMA Image resource Demikian pembahasan mengenai Alur Tujuan Pembelajaran Kurikulum Merdeka. Semoga bermanfaat!
Olehsebab itu dalam membuat dan mengembangkan asesmen pembelajaran mesti mengacu pada capaian pembelajaran yang telah ditetapkan. 3. Pelaksanaan proses pembelajaran. Selama ini mungkin yang Anda tahu bahwa pembelajaran dengan pendekatan tematik dilakukan ketika SD.
Kita mengenal banyak jenis tes yang dilaksanakan di sekolah, misalnya tes seleksi, tes penempatan, pre tes-post tes, tes formatif, tes diagnostik, tes sumatif, dan tes unjuk kerja. Jenis-jenis tes tersebut dimaksudkan untuk menyeleksi atau memilih calon yang dapat diterima untuk mengikuti suatu program, dengan demikian tes seleksi akan digunakan untuk menghasilkan calon-calon terpilih yang dapat diterima untuk mengikuti suatu program sesuai dengan kemampuannya. Daftar Isi Pentingnya mengetahui kemajuan peserta didik Manfaat hasil penilaian formatif, sumatif, diagnostik, dan penempatan bagi guru dan peserta didik Penilaian Formatif Penilaian Sumatif Penilaian Diagnostik Pentingnya mengetahui kemajuan peserta didik Di dalam konteks pembelajaran sistem evaluasi menjadi tolak ukur untuk manilai sejauh mana pemahaman sisiwa terhadap materi yang diajarkan, yang dimana sistem evaluasi tidak hanya berbentuk tugas, mid atau ulangan melainkan juga guru-guru menilai siswa dari segi afektif, kongnitif dan psikomotorik. Ketiga hal tersebut adalah sistem penilaian dari segi pengetahuan, sikap dan keterampilan di dalam pembelajaran, di dalam melakukan evaluasi harus berdasarkan aspek kompetensi karea tujuan yang ingin dicapai dari suatu materi tersebut itulah yang perlu di evaluasi. Setiap orang memiliki yang namanya penilaian terhadap dirinya masing-masing atau dinilai oleh orang lain, begitu halnya dengan sekolah cara menilai peserta didik sangatlah banyak misalkan cara bertutur sapa, cara bertanya apakah mereka itu memiliki tata kerama dalam hal tersebut. Tetapi biasanya orang melakukan penilain dalam sekolah itu setelah tejadinya ulangan atau sistem tes yang dilakukan secara formal di sekolah dan harus mampu untuk mencapai target yang telah ada atau yang telah di tentukan oleh sekolah. Jika target yang ditentukan di bawah standar maka akan menyulitkan peserta didik dan guru dalam penilaian, namun guru juga mampunyai arsip peserta didik seperti kumpulan-kumpulan tugas atau penilain-penilaian yang telah di lakukan sebelumnya. Jika penilaian yang dilakukan oleh seorang guru sesaui dengan apa yang ada maka mungkin banyak peserta didik yang tidak lulus, maka guru berusah untuk mendongkrak dengan berbagai cara misalnya melakukan les agar bisa menunjang keberhasilan peserta didik . Guru juga melakukan penilaian pada saat tertentu misalnya pada saat quiz maka kita sebagai peserta didik harus pintar-pintar mencari peluang agar bisa mendapatkan nilai. Jika sorang guru itu melemparkan pertanyaan maka kesempatan kita sebagai peserta didik untuk berusaha untuk menjawab agar kita mendapatkan nilai. Guru juga berusaha menilai bagaimana hasil kerja dari peserta didik, misalnya jika melakukan wawancara maka peserta didik di ajarkan untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah di kerjakan dan mereka harus mampu untuk melakukannya karena pada saat itu guru melakukan penilaian bagaimana cara kita presentasi apakah sudah memahami materi yang akan disampaikannya. Setiap guru memiliki prinsip yang berbeda-beda dalam menilai, banyak guru yang melakukan ulangan lisan, ulangan tulis, ada quiz, presentasi, dll. Guru memiliki hak menilai peserta didiknya sebagainya yang di inginkan, jika ada si penanya maka guru itu berhak memberikan nilai sesuai dengan tata krama yang dilakukan oleh sisiwa. Setiap penilaian yang di lakukan guru itu selalu sesuai dengan yang di lakukan oleh peserta didik dan peserta didik juga mengetahui bagaimana sikap yang telah di tunjukan kepada guru atau bagaimana caranya dalam pembelajaran apakah dirinya sudah aktif atau belum, jadi peserta didik bisa menginstropeksi diri dari hasil penilaian yang di berikan oleh gurunya. Di dalam sistem evaluasi guru tidak secara langsung memberitahukan kepada para siswa bahwa guru itu kan menilai mereka, namun kita sebagai peserta didik harus memahami itu sehingga kita mendapatkan nilai, sebagai guru kita harus berusaha untuk memberikan masukan kepada peserta didik agar mereka selalu akatif dalam proses pembelajaran, dan jika di antara mereka ada yang belum aktif maka sebagai guru kita harus memberikan motivasi untuk siswa tersebut agar mampu aktif seperti teman-temanya yang lain agar bisa mendaptkan nilai yang sama dengan temannya. Sebagai guru juga harus pandai-pandai dalam memberikan niai terhadap peareta didik karena guru memberikan nilai kepada pasarta didik sesuai dengan yang di lakukan oleh siswa, proses belajar mengajar tidak akan pernah bisa di lihat haisilnya apabila guru tidak melaksanakan evaluasi. Setiap sekolah harus melakukan evaluasi, kerena dengan evaluasi guru mampu mengetahui kekurangan serta kelebihan yang di miliki peserta didik serta guru mampu mengetahui metode yang harus di gunakan dalam mengajar agar peserta didik mudah untuk memahami pelajaran yang disampaikan. Guru yang baik adalah mampu melaksanakan evaluasi berdasarkan materi yang diberikan kepada peserta didik sehingga dalam sistem evaluasi memudahkan guru, guru akan lebih mudah mengetahui peserta didik yang belum memahami pembelajaran yang di sampaikan sesui dengan sistem evaluasi yang dilakukannya. Dalam menyampaikan materi guru tidak hanya menegevaluasi peserta didik dalam tingkah lakunya saja melainkan mengevaluasi peserta didik dalam segi apakah peserta didik itu sudah mampu untuk menguasai materi yang telah di sampaikan oleh evaluasi juga dilakukan kepada seorang guru untuk melihat apakah guru tersebut sudah maksimal atau sebaliknya dalam menyampaikan materi pembelajran kepada peserta didik. Adapun disini fungsi dari evaluasi itu sendiri yaitu 1. Sebagai alat untuk mengetahiu tingkat kemampuan peserta didik2. Sebagai suatu sisitem untuk mengetahui kekukarangan dan kelemahan peserta didik dalam belajar3. Dengan evaluasi guru juga lebih memotivasi belajr peserta didik dan4. Sebagai bukti pada orang tua atau wali murid agar mengetahui tingkat kemampuan dari anaknya juga lebih memotivasi anaknya agar lebih giat belajar. Oleh kerena itu evaluasi sangatlah penting dilakukan oleh seorang guru untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta didiknya, sehingga bisa mengetahui tingkat pengetahuan peserta didik apakah sudah maksimal atau sebaliknya. Manfaat hasil penilaian formatif, sumatif, diagnostik, dan penempatan bagi guru dan peserta didik a. Penilaian Formatif Penilaian formatif adalah penilaian hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui, sudah sejauh manakah peserta didik “telah terbentuk” sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditentukan setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Perlu diketahui bahwa istilah “formatif” itu berasal dari kata “form” yang berarti “bentuk”. Sudijono, 2005 71. Sehingga penilaian formatif adalah aktivitas guru dan siswa yang dimaksudkan untuk memantau kemajuan belajar siswa selama proses belajar berlangsung. Penilaian ini akan memberikan umpan balik bagi penyempurnaan program pembelajaran mengetahui dan mengurangi kesalahan yang memerlukan perbaikan. Tes formatif dimanfaatkan untuk memonitor apakah proses pembelajaran yang baru saja dilaksanakan telah dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam rencana pembelajaran atau belum. Hasil penilaian formatif ini bermanfaat bagi guru dan siswa. Manfaat bagi guru yaitu guru akan mengetahui sejauh mana bahan pelajaran dikuasai dan dapat memperkirakan hasil penilaian sumatif. Jika guru mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai materi pelajaran, maka guru dapat membuat keputusan, apakah suatu materi pembelajaran perlu diulang atau tidak. Jika harus diulang, guru juga harus memikirkan strategi pembelajaran yang akan ditempuh. Penilaian formatif merupakan penilaian hasil belajar dari kesatuan-kesatuan kecil materi pelajaran. Beberapa hasil penilaian formatif dapat dipergunakan sebagai bahan untuk memperkirakan penilaian sumatif. Manfaat bagi siswa yaitu mengetahui susunan tingkat bahan pelajaran, mengetahui butir-butir soal yang sudah dikuasai, dan butir-butir soal yang belum dikuasai. Hal ini merupakan umpan balik yang sangat berguna bagi siswa, sehingga dapat diketahui bagian-bagian yang harus dipelajari kembali secara individual. b. Penilaian Sumatif Penilaian sumatif adalah suatu aktivitas penilaian yang menghasilkan nilai atau angka yang kemudian digunakan sebagai keputusan pada kinerja siswa. Kegiatan penilaian ini dikakukan jika satuan pengalaman belajar atau seluruh materi pelajaran telah selesai. Penilaian sumatif digunakan untuk menentukan klasifikasi penghargaan pada akhir kursus atau program. Penilaian sumatif dirancang untuk merekam pencapaian keseluruhan siswa secara sistematis. Penilaian sumatif berkaitan dengan menyimpulkan prestasi siswa, dan diarahkan pada pelaporan di akhir suatu program studi. Penilaian sumatif tidak memberikan dampak secara langsung pada pembelajaran, meskipun sering kali mempengaruhi keputusan yang mungkin memiliki konsekuensi bagi siswa dalam belajar. Fungsi penilaian sumatif yaitu pengukuran kemampuan dan pemahaman siswa, sebagai sarana memberikan umpan balik kepada siswa, untuk memberikan umpan balik kepada staf akademik sebagai ukuran keberhasilan pembelajaran, akuntabilitas dan standar pemantauan staf akademik, dan sebagai sarana untuk memotivasi siswa. Manfaat tes sumatif 1. Bagi Siswa Tes sumatif bertujuan untuk menilai keberhasilan siswa setelah mengikuti seluruh rangkaian proses pembelajaran. Setelah siswa mengikuti tes sumatif maka hasilnya harus segera diberitahukan kepada siswa yang bersangkutan agar mereka dapat mengetahui sejauh mana prestasi atau tingkat kemampuan dia dalam mata pelajaran tersebut. 2. Bagi guru Walaupun proses pembelajaran telah diupayakan untuk diperbaiki berdasarkan hasil tes formatif tetapi tetap saja dimungkinkan bahwa pada saat tes sumatif terdapat sejumlah siswa yang belum dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Guru dapat mengetahui sejauh mana bahan yang diajarkan sudah diterima oleh siswa, serta mengetahui bagian-bagian mana dari bahan pelajaran yang belum menjadi milik siswa c. Penilaian Diagnostik Penilaian diagnostik adalah penilaian yang bertujuan untuk melihat kelemahan anak didik dan faktor-faktor penyebabnya. Penilaian ini dilaksanakan pada suatu keperluan seperti remidial dalam evaluasi pengajaran. Sasaran utama tes diagnostik belajar untuk menemukan kekeliruan-keleiruan atau kesalahan konsep dan kesalahan proses yang terjadi dalam diri siswa tatkala mempelajari suatu topik belajar tertentu. Misalnya pada berhitung, perhatian lebih ditujukan pada kemampuan dalam melakukan proses perhitungan dan memahami konsep dasar tentang penjumlahan atau pengurangan daripada hasil akhir yang diperoleh siswa. Dua unsur yang mempunyai peran penting hasil tes diagnostik belajar yaitu guru dan anak didik. Yaitu, guru memerlukan informasi dari hasil tes diagnostik sebagai masukan dan bahan pertimbangan untuk memperbaiki cara mengajarnya. Apabila diketahui bahwa ada siswa yang mengalami kesulitan dalam mempelajari suatu topik tertentu, terutama topik-topik yang esensial, maka guru perlu menyajikan tes diagnostik, menganalisis hasilnya, mengintrospeksi cara mengajar, mencari sebab-sebabnya dan mengupayakan perbaikan atau penyesuaian cara mengajar dengan jenis materi yang diajarkannya. Penggunaan metode mengajar yang tepat untuk materi belajar mengajar tertentu merupakan keharusan bagi guru agar mencapai hasil mengajar yang optimal. Tidak setiap metode mengajar berlaku tepat dan efektif untuk semua materi bidang studi. Jelasnya bahwa diagnostik sangat bermanfaat bagi guru dalam menelusuri tingkat keberhasilan mengajarnya, dan untuk mendapatkan informasi tentang kelemahan dalam penyampaian pengajarannya itu agar dapat diupayakan perbaikannya. Informasi tentang kelemahan dan kesulitan belajar siswa diperlukan agar siswa dapat mengetahui bagian atau segi apa yang masih belum dikuasainya dan mengapa bagian atau segi itu belum dikuasainya. Dengan demikian, siswa dapat mengupayakan alat bantu atau cara untuk memperbaiki kelemahannya atau mencari jalan pemecahan kesulitan belajarnya. Siswa dapat mengupayakan bimbingan yang lebih intensif untuk dirinya sendiri menyangkut materi pengajaran yang merupakan prasyarat untuk mempelajari materi selanjutnya dari bidang studi yang sama, atau materi dari bidang studi lainnya yang mempunyai kaitan erat dengan materi tersebut. Upaya-upaya dimaksud dapat berupa pelajaran tambahan, bimbingan individual, atau tugas-tugas PR Pekerjaan Rumah. Sumber * Dikutip dari berbagai sumber Adapunalasan dan manfaat yang diperoleh guru dalam melakukan tindakan kelas merurut Wardani, dkk (2005: 8) adalah sebagai berikut: Dari hasil observasi yang dilakukan oleh supervisor II selama proses pembelajaran berlangsung telah terdapat perubahan yang cukup pesat hal ini terlihat pada peningkatan aktivitas belajar siswa dan semangat
3 Metode Pembelajaran. Metode menurut J.R. david dalam Teaching Strategies for College Class Room (1976) ialah ”a way in achieving something” (cara untuk mencapai sesuatu).Untuk melaksanakan suatu strategi, digunakan seperangkat metode pengeajaran tertentu. Dalam pengertian demikian maka metode pengajaran menjadi salah satu unsur
PEMBAHASANTeori belajar merupakan landasan terjadinya suatu proses belajar yang menuntun terbentuknya kondisi untuk belajar. Teori belajar dapat didefenisikan sebagai integrasi prinsip-prinsip yang menuntun di dalam merancang kondisi demi tercapainya tujuan pendidikan. Dengan adanya teori belajar akan memberikan kemudahan bagi guru dalam
MENUNTUNKEBIASAAN MELAKUKAN REFLEKSI DALAM PROSES PEMBELAJARAN Oleh Mulyani, CGP SMPN 3 Biak Kota A. LATAR BELAKANG Refleksi pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan dalam proses belajar mengajar dalam bentuk penilaian tertulis dan lisan oleh guru untuk siswa dan oleh siswa untuk guru untuk sYTEGD.
  • 8phov14meg.pages.dev/506
  • 8phov14meg.pages.dev/255
  • 8phov14meg.pages.dev/435
  • 8phov14meg.pages.dev/272
  • 8phov14meg.pages.dev/429
  • 8phov14meg.pages.dev/340
  • 8phov14meg.pages.dev/199
  • 8phov14meg.pages.dev/486
  • apa manfaat yang diperoleh melalui proses pembelajaran yang telah dilakukan